Written by Super User on . Hits: 2002

     

MAKNA IDUL ADHA

(Drs. H. Ahmad Fanani, M.H.)

       

 

pic pabpp

 

Balikpapan | 18 Juni 2024

Kata “Idul Adha” terdiri dari dua kata yaitu Id dan Adha. Id berarti kembali dan Adha berarti sembelihan hewan kurban. Jika digabungkan kedua kata itu menjadi Idul Adha dapat diartikan kembali kepada nuansa berkurban. Idul Adha tentunya nama dari hari raya umat Islam. Sebagaimana di kalangan umat Islam terdapat dua hari raya besar, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Kalau hari raya Idul Fitri umat Islam merayakannya setiap tanggal 1 Syawal setelah berakhirnya Ramadhan sebagai bulan berpuasa. Sedangkan Idul Adha perayaannya jatuh tanggal 10 Dzulhijjah sekitar tujuh puluh hari setelah Idul Fitri.

 

Hari Raya Idul Adha identik dengan prosesi penyembelihan hewan kurban bagi muslim yang mampu mengerjakannya. Itulah sebabnya maka Idul Adha terkenal pula sebutannya dengan hari raya kurban. Selain itu umat Islam juga menyebut Idul Adha sebagai hari raya haji. Hal ini karena hari itu merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji di Makkah Saudi Arabia. Jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia berduyun duyun datang ke Makkah menunaikan ibadah haji. Kewajiban menunaikannya sekali seumur hidup bagi umat Islam yang mampu pergi ke sana.

 

Sebagai hari raya kurban maupun hari raya haji sama-sama memiliki hubungan yang kental. Kurban dan haji masing-masing sebagai ibadah berganjar pahala besar bagi yang mampu melaksanakannya. Isyarat dari petunjuk Nabi balasan orang yang berkurban bahwa hewan kurban itu kelak di akhirat akan menjadi tunggangan menyeberangi shiratal mustaqim. Suatu jembatan kecil yang harus dilewati setiap manusia. Siapa berhasil menyeberangi jembatan tersebut pertanda akan selamat dari cengkraman api neraka, tetapi bila gagal neraka sudah siap menanti.

 

Haji juga berbalas pahala besar. Rukun Islam yang ke lima ini merupakan puncak dari segala ibadah. Tidak semua orang dapat mengerjakannya karena terkait kemampuan yang berhubungan finansial, kesempatan dan kemampuan fisik. Untuk berangkat ke sana memerlukan biaya yang tidak sedikit dan perlu kesehatan fisik yang prima. Sistem ajaran Islam cukup bijaksana dan tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan manusia. Allah tidak membebani kepada seseorag kecuali sesuai kemampuannya. Namun bagi yang besempatan mengerjakannya akan berbalas surga.

 

Dua ibadah ini apabila diterima di sisi Allah, pahalanya sungguh luar biasa. Balasan bagi orang yang ikhlas berkurban akan menyelamatkan dari ancaman api neraka dan balasan haji mabrur adalah surga. “Gemukkan hewan kurbanmu karena nanti di akhirat ia akan menjadi media tungganganmu ketika melintas shirathal mustaqim”, demikian intisari ucapan Nabi. Terdapat pula hadits yang popoler serta sering terdengar dari para penceramah yang membacakannya, berisi motivasi terhadap umat agar yakin dengan keutamaan ibadah haji. “Al-Hajjul mabrur laisa lahul jaza illal jannah”, haji yang mabrur tiada balasan lain kecuali surga.

 

Mencermati tarikh tasyri’, sejarah pembentukan hukum Islam, kurban dan haji bersumber dari syariat Nabi Ibrahim. Dua-duanya mengikuti napak tilas yang tidak terlepas dari peristiwa yang telah dialami oleh Nabi Ibrahim ribuan tahun silam. Syariat ini kemudian menjadi syariat Nabi Muhammad dan umatnya. Sama-sama ditujukan kepada orang yang mampu melaksanakan, hanya berbeda dari segi hukum pelaksanaannya. Kurban hukumnya sunat setiap tahun, sedangkan haji wajib sekali seumur hidup.

 

Berbicara mengenai ibadah haji maupun kurban tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Pada suatu ketika, Nabi Ibrahim As. diperintah oleh Allah SWT untuk meninggalkan Palestina, membawa Siti Hajar, dan bayi Ismail ke tempat yang jauh di sana. Tempat yang gersang dan tandus, tak ada tetumbuhan yang bisa tumbuh, yang ada hanya gurun sahara. Waktu itu nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan. Setelah sampai di situ datang perintah Allah SWT, supaya Ibrahim As. meninggalkan mereka berdua. Isteri dan anaknya harus dia tinggalkan.

 

Sewaktu Siti Hajar melihat suami kesayangannya meninggalkannya, ia takut dan kecewa. “Ke mana engkau mau pergi wahai suamiku tercinta dan kenapa engkau tega tinggalkan kami berdua”?. Ibrahim terus mengayunkan langkahnya. Siti Hajar bertanya kembali ; “Allahu amaraka bihadza?” (Apakah hal ini perintah dari Allah pada engkau?). Ibrahim menjawab : “Na’am”, ya benar wahai isteriku. Setelah suaminya pergi, Siti Hajar merenungi nasib diri, tetapi ia yakin dan berkata: “idzan la yudlayyi’una” (Allah tidak akan menyia-nyiakan kami), “Innallah ma’ana” (Allah menyertai kami)”.

 

Hajar harus tegar dan tangguh serta berjuang secara mandiri menghadapi kehidupan. Dia harus membuktikan kesiapan berjuang dan berkorban mematuhi kehendak suami dalam mematuhi perintah Ilahi. Kata-katanya yang menunjukkan keyakinan atas pertolongan Allah mampu mengubah segalanya. Hilang rasa takut dan cemasnya dan semakin yakin setiap perjuangan akan membuahkan hasil. Rela bolak balik sampai tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwah karena telah melihat pancaran air kehidupan. Ia kemudian menemukan mata air “zam-zam”, yang sampai sekarang tetap airnya melimpah ruah dan menjadi sumber kehidupan bagi penduduk Makkah.

 

Sekembalinya Ibrahim ke Makkah dia telah meletakkan pondasi aqidah dan syariah bagi agama yang hanif, yang kemudian menjadi syariat Nabi Muhammad. Di Makkah dia selesai merenovasi bangunan ka’bah yang menjadi symbol persatuan agama umat manusia di dunia. Bukti sejarah tersebut masih terpampang hingga sekarang ada namanya hijir Ismail dan ada namanya maqam Ibrahim, yang keduanya berada di sekitar ka’bah. Ibrahim bersama keluarga telah berhasil mengubah tanah sepi menjadi rami dan alam gersang menjadi penuh limpahan rezeki.

 

Dalam suatu riwayat, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1.000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

 

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Peristiwa spektakuler itu tertulis nyata dalam Al-Qur’an. Ibrahim lulus dari ujian itu dan Ismail digantikan dengan seekor kibas.

 

Dari sinilah kemudian muncul syariat berkurban, menyembelih hewan kurban di suasana Idul Adha. Pada suasana ini pula umat Islam mengerjakan ibadah haji. Umat Islam menyebut pula bagi orang yang datang ke Makkah menunaikan ibadah haji dalam rangka memenuhi panggilan Nabi Ibrahim. Ada benarnya juga penyebutan itu karena dalam Al-Qur’an Allah pernah memerintahkah kepada Ibrahim agar memanggil manusia untuk berhaji. “Panggillah manusia untuk berhaji, pasti mereka datang dengan berjalan kaki dan berkenderaan, yang mereka itu datang dari segenap pelosok dunia”.

 

Makna Idul Adha akan semakin terasa bila memandangnya sebagai momen meningkatkan hubungan baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Ibadah haji dan kurban sebagai bentuk kepasrahan terhadap perintah Allah. Namun dari ibdah itu tersirat pula agar umat pandai menjalin komunikasi dan menjaga persatuan. Inti setiap ibadah selain mengandung nilai ritual, juga mengandung nilai sosial. Hidup mulia dalam pandangan Allah dengan ibadah yang mantap dan memaknai kehidupan dengan berkontribusi memberikan manfaat diri.

 

(AF18/06/2024BPP)

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Balikpapan

Jalan Kol. H. Syarifuddin Yoes No.1
Kel. Sepinggan Baru
Kec. Balikpapan Selatan
Kota Balikpapan - 76114
Provinsi Kalimantan Timur
Telp: 0542 - 7219469
Fax: 0542 - 7219469
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

lokasi Peta Kantor

© Copyright : Tim IT Pengadilan Agama Balikpapan | 2023